my bird

Minggu, 21 Desember 2014

Aku memilih...



Aku memilih...
Diamku MemPerhatikan Suara Sunyi.
Diamku memilih untuk Sendiri kali ini.
Ini adalah diri yang Telah Memilih.

Menenangkan dan menCoba meRenungi.
Arti dari Semua yang Telah Dilalui.
Goresan Luka dari sebuah Perjuangan.
Benturan Keras Cobaan Kehidupan.
Hantaman Silih Berganti menyakitkan.
Apakah ada kiranya Sebuah ganti?
Ketika Pilihan Datang namun telah Usang.
Ketika Pilihan Hanyalah Bayangan Kelam.
Dan Ketika Pilihan bukanlah Pilihan.

Itu cukup Membingungkan bukan?
Hati yang melihat namun tak dapat bersuara.
Hanya diamlah untuk menyuarakan Perbuatan.
Karena Diam adalah Pengertian yang Dalam.
Inilah diri yang Memilih...
Menyuarakan suara Hati yang Tertatih.
Mengobati jiwa yang telah lama terluka.
Membendung Rasa yang kian Membara.

Hanya dengan Diam.
Sebuah Arti yang KuUngkapkan Tenang.
Yang kusenandungkan lewat Perasaan.
Yang Hanya dimengerti oleh jiwa yang Suci.
Lewat sentuhan dan kekuatan Cinta kasih.


IBU...



IBU...
Ada Sebuah Kata yang ingin KuSiratkan padamu.
Untuk Menggambarkan Betapa Hebatnya dirimu.

Kau...
Lebih dari Seorang Wanita yang Mampu meLahirkanku.
Lebih pula dari Seorang Wanita yang mampu menyayangiku.

KeLembutan yang KuDapatkan Ketika balita tetap Terasa Saat ini juga.
KePerkasaan yang kulihat Samar ketika kecil, kini Terlihat jelas saat Dewasa kini.
Ketegaran yang KuPerhatikan ketika remaja begitu Nyata dijiwa dan Raga.

Kau Lebih dari Segalanya...
Ingin KuGambarkan betapa Hebatnya dirimu, lewat sebuah Kanvas Lukisan.
Namun itu tidak akan Sempurna karna kau lebih Hebat dari itu.

Ingin Kuceritakan Perjuangan Indahmu lewat Sebuah Buku karyaku.
Namun itu tetap Tidak akan Menarik dibaca Siapapun karena kau Lebih Indah dari itu.

Ingin KuPahatkan KeKokohan Jiwamu lewat sebuah Patung Ukiranku.
Namun itu Tidak akan MeWakilkan kekuatan, karna kau Lebih Kokoh dari semua itu.

Kau adalah Bagian yang TerPenting dalam hidupku sampai Kapanpun.
Kau adalah Memori Internalku yang sangat KuButuhkan.
Kau adalah Tongkat Ketigaku yang memanduku untuk Seimbang.

Sebuah kata untukmu yang Kusiratkan.
Yaitu kau adalah PAHLAWANKU.


Angin dan aku



Angin dan aku
Ada berkas Rindu yang Hilang Tersapu.
Saat angin Melihatku duduk Termangu.
Kegundahan Jiwa Seperti mudah Terbaca.
Lewat Ekspresi Raut Muka yang Kecewa.

Aku Sampaikan pada Angin kawanku
Sebuah keinginan untuk Bertemu.
Lewat sebuah Lantunan Nada Rindu
Kutitipkan agar dapat sampai Padamu.
Wahai angin yang Berlalu.
Kau sangat Mengerti keadaan jiwaku
Meski kau memilih Menari bersama Hujan
Kemudian Membasahiku dan Meniupku.
Pijakkan kakiku tak Bergeser sedikitpun.

Wahai angin kawanku.
Kau tahu persis dimana dia Berada.
Bukankah kau yang Menghapus jejaknya.
Membuatku Bingung untuk mencarinya.
Lihat...
Sehelai daun Keringpun Menangis.
Ketika ia harus Terjatuh dari Pohon rumahnya.
Karna Perpisahan menjadi titik hidupnya.
Hingga ia Musnah dalam Kekecewaan dirinya.

Sudahlah, aku tak Tahan.
Kau bukan lagi Kawan Sejati
Yang mau Membantu dan Menyemangati.
Dan biarlah akan Kucari sendiri.
Bukan mengikut kepada arah Angin.
Namun mengikut nasehat suara hati.

Aku disampingmu



Aku disampingmu
Sebuah KeSempurnaan yang aku Temukan.
Dari Pelupuk Matamu yang dalam Tenang.
Penuh KeDamaian dari binar-binar yang Tampak itu.
Namun Sayup KeHampaan Terkadang Muncul.
Saat Mentari Petang Bergegas menghilang.

Dimanakah KeSempurnaan yg Kulihat kemarin ???
Seperti Hilang begitu saja Tanpa ada Sisa makna.
Kau Tertunduk Rapuh dan Jatuh Tenggelam.
Apakah Penyesalan yg Kau Sedihkan?
Apakah Kerapuhan yg kau Ragukan?
atau Mungkin Kelemahan yg Kau Takutkan?

Maka katakanlah dengan Jujur !!!
Janganlah Sedih,Ragu,dan hilangkan Takut.
Karena ku kan berada disampingmu selalu.
Memberikan Warna yg memberi Makna. Menggantikan Mentari yg Hilang itu.
Menerangimu dengan Cahaya kehangatan.
Penuh Kedamaian dan Ketulusan Cinta Kasih.

TuTi (Tutup haTI)



TuTi (Tutup haTI)
Dipersimpangan jalan.
Kuperhatikan wajahmu dengan Perlahan.
Rupanya aku tak mendapatkan Jawaban.
Hanya Berkas kekecewaan tak Berkesudahan.

Dipersimpangan jalan,
Kutemukanmu Terpaku dan Membisu.
Kuharap aku dapat sedikit Membantu
Namun Hadirku hanya Menyulitkanmu.
Dipersimpangan jalan.
Kau Biarkan Hujan deras Membasahi Tubuh.
Lalu Tangisan & Teriakan Nyaring Bergemuruh.
Rupanya kekecewaan membuatmu sangat rapuh.

Mengapa harus kau TUtup haTI ???
Aku datang dan Berjanji untuk Menemani.
Namun kau justru Ubah Diri menjadi bara Api.
Yang Begitu sulit Kujamah dan Kudekati.

PEMEGANG TAKHTA



PEMEGANG TAKHTA
Wahai kau PEMILIK Mahkota Pemegang Tahta.
Lihatlah KIRI & KANANmu.
Ada Banyak Gambaran yang terselubung lagi Sembunyi.
Tak TAHUkah kau selama ini, Tertutupi atau Tak Kau URUSI ???

Mereka yg DiKIRI,,,
Duduk dengan kaki DiKursi.
Dan Tak Begitu Perduli.
Juga Tak Memberi Bukti.
Hanya Topeng Yg Mereka Gunakan
Untuk Menutupi Kedok Muka Asli.
Lihat pula.
Mereka yg DiKANAN,,,
Selalu Berdiri & Menanti
Setiap urusan datang Dengan Ikhlas hati.
Hanya untuk Menunjukkan Diri.
Bahwa Mereka Masih Cinta.
Meski Tanpa Banyak Kata.

Dan Kau Pemegang Tahta.
Lihat peraduan kiri & kananmu.
Lihat dengan Benar-Benar.
Ketika KIRImu Datang dengan Selalu Tersenyum dan Menyanjungmu itu membuatmu Senang & Bangga... Itu kah yg kau mau???
Ketika KANANmu Datang dengan Muka Letih & Lesu Memberikan Saran kemajuan, kau Anggap itu Lelucon Pahit. Bagaimana bisa ???
Kau begitu Pilih Kasih.
Kau begitu tidak Adil
kau begitu Mengecewakan.
Itu Teriakan Hati Mereka Yg Tak kau Dengar.

Ibaratkan Bara Api.
Ada yg Benar-Benar mengapi.
ada yg Membara Tapi Sekedar Mengasapi.
ada pula yg Membara Lalu Redup Kembali.
Lalu kau Pemegang Tahta?
Apa kau miskin kata-kata.
Kau hanya bisa Menyorakkan Maju & Maju.
Kau hanya bisa Menyalahkan Ini & Itu.
Tapi sedikitpun kau Tak Pernah Tahu.
Hati mereka Telah Lama Sakit & Pilu.

Karena sikapmu yg tak membuat hati damai
ada jiwa2 yg menangis dalam sunyi.
Ada teriakan menjerit yg terdengar sulit.
Rintihan ketakutan yg bersemayam
terus bersarang & menjamur lebat.
Wahai sobat kananku.
Bersabarlah dengan mimpimu.
Tunjukkan hasilmu sebagai bukti cintamu.

Biarlah...
Tak perlu kau Urusi dia yg Buta.
Tak perlu kau Hiraukan dia yg tak Tahu.
Tak usah kau Dengar ucapan mereka Tentangmu.
Tanamkan rasa Yakinmu.
Pupuklah rasa Cintamu.
Dan semailah Rasa Ikhlasmu.

kelak kau akan Menemukan Bunga itu Mekar
berdirilah dengan kokoh & Tunjukkan jiwa yg Tegar.
karena Suatu saat Sang Pemegang Tahta akan Sadar.
Bahwa KIRI tlah Pudar & KANAN kan tampak Segar.


Pengikut